Minggu, 23 Juni 2013

PERMANGANOMETRI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik (Arga, 2011).
Percobaan ini juga merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permanganometri, serta praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman praktikan.

1.2  Perumusan Masalah
Masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan kadar atau konsentrasi dari larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan prinsip titrasi Permanganometri.

1.3  Tujuan Percobaan
Menentukkan kadar besi (Fe) berdasarkan pengukuran volume, melalui reaksi oksidasi-reduksi menggunakan larutan kalium permanganat sebagai oksidator.

1.4  Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan Permanganometri ini adalah untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara Permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi-reduksi yang dimlikinya sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.

1.5  Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan analisa kuantitatif  Permanganometri dilaksanakan di laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan keadaan ruangan
                                       Tekanan udara       : 760 mmHg.
                                       Suhu ruangan         : 30 oC
Bahan yang digunakan yaitu larutan Kalium Permanganat (KMnO4) sebagai larutan pentiter (larutan standar), aquadest (H2O), dan larutan asam sulfat (H2SO4) yang berfungsi untuk membuat suasana asam dan Fe dalam sampel FeCl3. Alat-alat yang digunakan antara lain : buret, statif besi, pipet tetes, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, kasa asbes, bunsen, dan termometer.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
1.         Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2.         Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
(Arga, 2011).

2.2    Prinsip Titrasi Permanganometri
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat (Arga, 2011).

2.3    Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri
Kalium permanganat yang digunakan pada permanganometri adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang beraneka ragam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan. Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut:
a.       dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih
 MnO4- + 8H+ + 5e-          Mn2+ + 4H2O
b.      dalam larutan netral, pH 4 – 10
MnO4- + 4H+ + 3e-          Mn­­O2  + 2H2O
c.       dalam larutan basa, [OH-] 0,1 N atau lebih
MnO4- + e-            MnO42-
(Repiantika, 2009).

2.4    Sumber-Sumber Kesalahan Pada Titrasi Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak     pada:
  1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret.
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
  1. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara M4- dengan Mn2+.
  2. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air (Yoni, 2012).

2.5 Aplikasi Analisa Permanganometri
Analisis Kadar Oksalat pada Umbi Talas Sebagai Bahan Dasar Tepung
Talas merupakan salah satu umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengurangi ketergantungan pda bahan pangan pokok beras. Namun umbi talas mempunyai kandungan kalsium oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal dan menurunkan penyerapan kalsium dalam tubuh. Untuk meningkatkan pemanfaatan talas diperlukan pengembangan teknologi pengolahan yang sesuai. Konversi umbi talas menjadi bentuk tepung akan memudahkan dalam hal penyimpanan, pengemasan, dan transportasi.
Kandungan oksalat ditentukan dengan menggunakan metode :
1.      Pemanasan
Pada tahap ini, 2 gram tepung disuspensikan dalam 190 ml air suling yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan larutan HCl 6 M sebanyak 10 ml. Suspensi dipanaskan pada suhu 100 oC selama 1 jam, diikuti oleh pendinginan, dan kemudian ditambahkan air sampai 250 ml sebelum difiltrasi.
2.      Titrasi Permanganat
Pada proses  ini, jumlah filtrat sebanyak 125 ml yang dihasilkan dari tahap pemanasan diencerkan sampai 300 ml lalu diambil 125 ml untuk dipanaskan sampai hampir mendidih, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,05 M sampai berubah warna menjadi warna merah muda hampir hilang yang berlangsung selama 30 detik. Kandungan kalsium oksalat dapat dihitung dengan rumus :
Kadar kalsium oksalat (mg/100 gr) = × 105
 (Maulina, dkk., 2012)

Flowchart Analisis Kadar Oksalat pada Umbi Talas Sebagai Bahan Dasar Tepung
2 gram tepung umbi talas disuspensikan dalam 190 ml air suling yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
Suspensi dipanaskan pada suhu 100 oC selama 1 jam dan didinginkan
Ditambahkan larutan HCl 6 M sebanyak 10 ml
Ditambahkan air sampai 250 ml dan difiltrasi
Filtrat sebanyak 125 ml diencerkan sampai 300 ml
diencerkan sampai 300 ml

Diambil 125 ml untuk dipanaskan sampai hampir mendidih
Mulai
Selesai
Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,05 M sampai berubah menjadi warna merah muda selama 30 detik
Dihitung kandungan kalsium oksalat
 



















Gambar 2.2 Flowchart Analisis Kadar Oksalat pada Umbi Talas Sebagai Bahan Dasar Tepung
(Maulina, dkk., 2012)
­BAB III
BAHAN DAN PERALATAN

3.1 Bahan
3.1.1   Kalium Permanganat ( KMnO4 )
Fungsi : sebagai larutan pentitrasi (zat pentiter).
 A. Sifat Fisika
1.   Berat molekul            : 158,03 gr/mol
2.   Densitas                     : 2,7 gr/ml pada 15 oC
3.   Berwujud padatan
4.   Berwarna ungu gelap
5.   Titik leleh terdekomposisi
 B. Sifat kimia
1.   Bersifat stabil.          
2.   Tidak mudah terbakar.
3.   Larut dalam asam sulfat.
4.   Mudah larut dalam metanol.
5.   Sangat reaktif terhadap logam.
         (ScienceLab, 2012d)                           

3.1.2   Asam Oksalat (H2C2O4)
Fungsi : sebagai larutan standar primer.
   A. Sifat Fisika
1.   Berat molekul            : 90,04 gr/mol
2.   Densitas uap             : 4,62 ( udara = 1 )
3.   Bentuk                       : padatan kristal
4.   Tak berwarna
5.   Tidak berbau
 B. Sifat Kimia
1.   Berpotensi untuk terbakar pada temperatur tinggi.
2.   Larut dalam air dingin dan dietil eter.
3.   Bersifat stabil.
4.   Tidak korosif terhadap kaca.
5.   Reaktif terhadap oksidator, logam, alkali.
(ScienceLab, 2012b)

3.1.3   Asam Fosfat (H3PO4)
 Fungsi :  sebagai pembuat suasana asam.
A.   Sifat Fisika
1.   Wujud            : cairan
2.   Densitas         : 1,685 gr/ml pada 25 oC
3.   Titik leleh       : 21 oC
4.   Titik didih      : 158 oC
5.   Tekanan uap  : 0,3 kPa pada 20 oC
B.      Sifat Kimia
1.   Bersifat stabil.
2.   Mudah larut dalam air panas.
3.   Tidak korosif terhadap kaca.
4.   Tidak mudah terbakar
5.   Reaktif terhadap oksidator, logam, dan alkali.
(ScienceLab, 2012c)

3.1.4   Asam Sulfat (H2SO4)
Fungsi : sebagai pembuat suasana asam.
A.    Sifat Fisika
1.    Berat molekul : 98,08 gr/mol
2.    Densitas         : 1,84 gr/cm3
3.    Titik leleh       : -35 oC
4.    Titik didih      : 270 oC
5.    Wujud            : cairan
B.     Sifat Kimia
1.      Bersifat stabil.
2.      Mudah larut dalam air dingin.
3.      Tidak korosif terhadap kaca.
4.      Tidak mudah terbakar.
5.      Reaktif terhadap oksidator, reduktor, bahan organik, logam, asam, dan alkali.
(ScienceLab, 2012e)

3.1.5   Besi (Fe)
Fungsi:  sebagai sampel yang akan ditentukan kadarnya.
A.    Sifat Fisika
1.      Densitas          : 7,86 gr/cm3
2.      Titik leleh        : 1535 oC
3.      Titik didih       : 3000 oC
4.      Berat molekul  : 55,85 gr/mol
5.      Wujud             : padatan
B.     Sifat Kimia
1.      Bersifat stabil.
2.      Tidak larut dalam air dingin, air panas, dan dieil eter.
3.      Tidak korosif terhadap logam dan kaca.
4.      Reaktif terhadap oksidator dan asam. 
5.      Mudah terbakar.
                    (ScienceLab, 2012a)

3.1.6   Aquadest (H2O)
Fungsi : sebagai zat pelarut.
A.    Sifat Fisika
1.      Berat molekul            : 18,02 gr/mol
2.      Densitas                     : 1 gr/cm3
3.      pH                              : 7
4.      Titik Didih                 : 100 oC
5.      Tekanan uap              : 2,3 kPa pada 20 oC
B.   Sifat Kimia
1.      Bersifat stabil.
2.      Tidak mudah terbakar.
3.      Dapat diserap oleh kulit.
4.      Tidak korosif terhadap kulit.
5.      Tidak berbahaya jika terhirup.
(ScienceLab, 2012f)

3.2    Alat
3.2.1 Nama Alat dan Fungsi
1.      Buret
 Fungsi : untuk tempat KMnO4 saat menitrasi sampel.
2.      Statif dan Klem
 Fungsi : sebagai tempat menggantungkan / menjepit buret saat dilakukan titrasi.
3.      Penangas Air
 Fungsi : untuk memanaskan larutan.
4.      Termometer
 Fungsi : untuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan.
5.      Gelas ukur
 Fungsi : untuk mengukur volum bahan yang akan digunakan.
6.      Erlenmeyer
 Fungsi : sebagai tempat larutan yang akan dititrasi.
7.      Beaker glass
 Fungsi : sebagai wadah untuk bahan-bahan yang digunakan.
8.      Pipet tetes
 Fungsi : untuk mengambil zat dalam jumlah kecil.
9.      Corong
 Fungsi : sebagai alat bantu untuk menuang ke gelas ukur atau buret
10.  Spiritus
       Fungsi: sebagai sumber api dalam pemanasan larutan.
11.  Kasa
Fungsi : sebagai penghantar panas dari spiritus ke erlenmeyer agar tidak berkontak langsung dengan erlenmeyer.

13. Neraca Digital
       Fungsi : sebagai alat untuk menimbang sampel maupun endapan.

3.2.2  Rangkaian Peralatan









Gambar 3.1 Peralatan Dalam Percobaan












Gambar 3.2 Rangkaian Alat Dalam Percobaan
Keterangan gambar:
1. Statif                                  
2. Buret                                  
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Beaker Glass
6. Kasa
7. Tungku kaki tiga
8. Bunsen
9. Termometer
3.3    Prosedur Percobaan
3.3.1  Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 0,2 N
1.      Ditimbang sebanyak 1,896 gram kristal KMnO4 dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.      Ditambahkan aquadest hingga 300 ml ke beaker glass.
3.      Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih.
4.      Setelah mendidih, larutan tersebut didinginkan.

3.3.1   Standarisasi Larutan KMnO4
1.    Sebanyak 10 ml larutan H2C2O4 0,75 N ke dalam erlenmeyer dan dicampurkan dengan 20 ml H2SO4 1 N.
2.    Larutan diaduk rata dan dipanaskan sampai suhu 70˚C - 80˚C
3.    Dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai didapat warna merah rosa yang stabil.
4.    Dicatat volume KMnO4 yang dipakai.
5.    Diulangi percobaan diatas sebanyak tiga kali.
6.    Dihitung konsentrasi KMnO4.

3.3.2  Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe)
1.      Sebanyak 20 ml sampel Fe 0,75 N dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2.      Ditambahkan 20 ml H2SO4 1 N dan 2 ml H3PO4 85%.
3.      Dilakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,2 N hingga didapat larutan dengan warna merah rosa yang stabil.
4.      Dicatat volum KMnO4 yang terpakai.
5.      Diulangi percobaan diatas sebanyak tiga kali.
6.      Dihitung kadar Fe dalam sampel.

3.4    Flowchart Percobaan
3.4.1  Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,2 N
Mulai
Ditimbang 1,896 gr kristal KMnO4 dan dimasukkan ke beaker glass
Ditambahkan 300 mL aquadest
 






Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih
Larutan didinginkan
Selesai
 









Gambar 3.3 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,2 N





3.4.2 Flowchart Standarisasi KMnO4 0,2 N
Mulai
 


                                        
Ditimbang  H2C2O4.2H2O ke dalam beaker glass

 


Ditambahkan air ke dalam beaker glass
                                                                    
                                          
Diaduk rata
Ditambahkan 20 ml H2SO4
Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,75 N ke dalam erlenmeyer
 








Dipanaskan mencapai 75oC
Dititrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4
 




Apakah larutan berubah warna menjadi merah rosa yang stabil?
                                                       Tidak

 





Dicatat volume KMnO4 yang terpakai
         Ya

Selesai
Dilakukan percobaan sebanyak 3 kali
Dihitung konsentrasi KMnO4
 







Gambar 3.4 Flowchart Standarisasi KMnO4
 


Mulai
3.4.3 Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe)

 


Dipipet 20 ml larutan sampel yang
mengandung Fe



Ditambahkan 20 ml H2SO4 1 N
dan 2 ml H3PO4 85%
 


Dititrasi dengan KMnO4
Tidak
 



Apakah larutan
                                                  berubah menjadi warna                
 merah rosa yang stabil?

 


     Ya
Dicatat volume KMnO4 yang terpakai
Dilakukan percobaan sebanyak 3 kali
Dihitung kadar Fe dalam sampel dan % ralat
Selesai
 










Gambar 3.5 Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe)



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pembuatan Larutan KMnO4 0,2 N
Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Larutan KMnO4 0,2 N
Massa KMnO4
(gr)
BM KMnO4
(gr/mol)
Volume H2O
(ml)
Normalitas KMnO4
1,896 gram
158,04 gram/mol
300 ml
0,2 N

4.1.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Tabel 4.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Run
Volume
H2C2O4
Volume
H2SO4
Volume
KMnO4
Normalitas KMnO4
% Ralat
Nt
Np
1.
10 ml
20 ml
33,5 ml
0,2 N
0,23 N
15 %
2.
10 ml
20 ml
33,3 ml
3.
10 ml
20 ml
32,5 ml
Rata-Rata
10 ml
20 ml
33,1 ml

4.1.3 Penentuan Kadar Fe
Tabel 4.3 Hasil Penentuan Kadar Fe
Run
Volume
Sampel
Volume
H2SO4
Volume
H3PO4
Volume
KMnO4
Normalitas Fe
% Ralat
Nt
Np
1.
20 ml
20 ml
2 ml
2,4 ml
0,75 N
0,03 N
96 %
2.
20 ml
20 ml
2 ml
2,9 ml
3.
20 ml
20 ml
2 ml
2,9 ml
Rata-Rata
20 ml
20 ml
2 ml
2,73 ml


4.2 Pembahasan
     Pembuatan larutan KMnO4 0,2 N yaitu dengan melarutkan 1,896 gram kristal dengan 300 ml air dengan reaksi sebagai berikut :
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O                 (Barutu, 2012)
Kemudian dititer dengan H2C2O4.2H2O 0,65 dan dicampur H2SO4 1 N sebanyak 10 ml. Normalitas larutan KMnO4 dari standarisasi larutan KMnO4 didapat sebesar 0,24 N sedangkan  normalitas teorinya adalah 0,2 N sehingga dipeoleh ralat sebesar 20 %. Dengan persamaan reaksinya yaitu:
MnO4+  16H+  + 5C2O42-  →  2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O      (Arga, 2011)
Pada penentuan kadar Fe didapat normalitas Fe sebesar 0,1621 N sedangkan normalitas teorinya adalah 0,65 N sehingga diperoleh persen ralat sebesar 75,06 % dari larutan sampel. Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh banyak hal. Persamaan reaksi antara sampel Fe dengan larutan KMnO4 adalah sebagai berikut:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O          (Arga,  2011)
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
1.         Larutan pentiter KMnO4 pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
2.         Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
3.         Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
(Dahlia, 2009).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan mak dapatditarik kesimpulan yaitu :
1.      Titrasi permanganometri berlangsung dalam suasana asam agar lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya.
2.      Titrasi terhadap larutan asam oksalat dihidrat dilakukan pada suasana asam dan temperatur sekitar 70-80oC.
3.      Volume rata-rata KMnO4 dalam proses standarisasi 33,1 ml, dimana konsentrasi teori 0,2 N dan praktek yang diperoleh adalah 0,23 N. Hasil tersebut memberikan % ralat konsentrasi KMnO4 antara praktek dan teori yaitu 15 %.
4.      Volume rata-rata KMnO4 dalam proses penentuan kadar Fe adalah 2,73 ml, dimana konsentrasi teori 0,75 N dan praktek Fe yang diperoleh adalah 0,03 N. Hasil memberikan % ralat konsentrasi Fe antara praktek dan teori adalah 96 %.
5.      Titrasi permanganometri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dalam sampel FeCl3.6H2O

5.2    Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu :
1.    Karena KMnO4 mudah terdekomposisi, sebaiknya praktikan lebih memperhatikan pada saat pemanasan dan pendinginan larutan KMnO4.
2.    Untuk menghindari terkontaminasinya larutan KMnO4, sebaiknya percobaan dilakukan lebih cepat.
3.    Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melihat dan mengukur volume larutan KMnO4 dalam buret.
4.      Praktikan sebaiknya menutup buret dengan aluminium foil agar KMnO4 tidak bereaksi dengan oksigen di udara.
5.    Ketika terjadi perubahan warna jangan terburu-buru untuk menyimpulkan bahwa praktikan telah berhasil namun tunggu beberapa saat sampai larutan yang dititrasi benar-benar stabil.























DAFTAR PUSTAKA

Arga, Puput. 2011. Permanganometri. Universitas Pasundan : Bandung.
Maulina, Fitria Dwi Aprilia., Lestari, Indah Mugi., Retnowati, Diah S. 2012. Analisis Kadar Oksalat pada Umbi Talas Sebagai Bahan Dasar Tepung. Universitas Diponegoro : Semarang.
Repiantika. 2009. Permanganometri. Universitas Negeri Makassar : Makassar.
ScienceLab. 2012a. Iron Metal MSDS. www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013.
                  . 2012b. Oxalic Acid Anhydrous MSDS. www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013.
                  . 2012c. Phosphoric Acid MSDS. www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013.
                  . 2012d. Potassium Permanganate MSDS. www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013.
                  . 2012e. Sulfuric Acid MSDS. www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013.
                  . 2012f. Water MSDS. www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013.
Yoni, Ode. 2012. Metode Oksidimetri Submetode Permanganometri. Universitas Negeri Malang : Malang.











LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

LA.1 Data Pembuatan Larutan KMnO4
Tabel A.1 Hasil Pembuatan Larutan KMnO4
Massa KMnO4
(gr)
BM KMnO4
(gr/mol)
Volume H2O
(ml)
Normalitas KMnO4
1,896 gram
158,04 gram/mol
300 ml
0,2 N

LA.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Tabel A.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Run
Volume
H2C2O4
Volume
H2SO4
Volume
KMnO4
Normalitas KMnO4
% Ralat
Nt
Np
1.
10 ml
20 ml
33,5 ml
0,2 N
0,23 N
15 %
2.
10 ml
20 ml
33,3 ml
3.
10 ml
20 ml
32,5 ml
Rata-Rata
10 ml
20 ml
33,1 ml

LA.3 Penentuan Kadar Fe
Tabel A.3 Hasil Penentuan Kadar Fe
Run
Volume
Sampel
Volume
H2SO4
Volume
H3PO4
Volume
KMnO4
Normalitas Fe
% Ralat
Nt
Np
1.
20 ml
20 ml
2 ml
2,4 ml
0,75 N
0,03 N
96 %
2.
20 ml
20 ml
2 ml
2,9 ml
3.
20 ml
20 ml
2 ml
2,9 ml
Rata-Rata
20 ml
20 ml
2 ml
2,73 ml


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

L.B.1 Penentuan konsentrasi KMnO4
Reaksi yang terjadi adalah :
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O          (Repiantika, 2009)
 N = M x valensi
0,2 = M x 5
M = 0,04 M
M  =
0,04 =
W  = 1,896 gram

L.B.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Persamaan reaksinya :
MnO4+  16H+  + 5C2O42-  →  2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O      (Arga, 2011)
V1 x N1 = V2 x N2
33,1 x N1 = 10 x 0,75
N2              = 0,23 N
Nt    -    Np
       Nt
 


% ralat = |                      | x 100%
0,2  - 0,23
     0,2
 



% ralat = |                     | x 100%

% ralat = 15 %

L.B.3 Penentuan kadar Besi (Fe)
Persamaan reaksi antara sampel Fe dengan larutan KMnO4 adalah sebagai berikut:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O           (Arga,  2011)
V1 x N1 = V2 x N2
2,73 x 0,2  = 20 x N2
N2              = 0,03 N
Nt    -    Np
       Nt
0,75  - 0,03
      0,75
 


     % ralat = |                     | x 100%  = |                   | x 100%

% ralat = 96 %

































LAMPIRAN C
FOTO PERCOBAAN


Gambar C.1 Hasil Titrasi I



Gambar C.2 Hasil Titrasi II



Gambar C.3 Hasil Titrasi III

1 komentar:

  1. MGM Springfield Casino to reopen Thursday
    The casino-resort 익산 출장마사지 opened 대구광역 출장안마 Thursday 속초 출장샵 at 7 p.m. and has 사천 출장안마 since reopened with 충청북도 출장마사지 the grand opening of its flagship property, Harrah's. It will be

    BalasHapus