PERMANGANOMETRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi
yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah
dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara
langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau
garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Permanganometri juga bisa digunakan
untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi
permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik (Arga, 2011).
Percobaan
ini juga merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permanganometri,
serta praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman praktikan.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah
pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan kadar atau konsentrasi dari
larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan prinsip titrasi
Permanganometri.
1.3 Tujuan Percobaan
Menentukkan
kadar besi (Fe) berdasarkan pengukuran volume, melalui reaksi oksidasi-reduksi
menggunakan larutan kalium permanganat sebagai oksidator.
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat
dari percobaan Permanganometri ini adalah untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang
bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini
dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara Permanganometri dapat
diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi-reduksi yang dimlikinya
sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan
analisa kuantitatif Permanganometri
dilaksanakan di laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan keadaan ruangan
Tekanan
udara : 760 mmHg.
Suhu
ruangan : 30 oC
Bahan
yang digunakan yaitu larutan Kalium Permanganat (KMnO4) sebagai
larutan pentiter (larutan standar), aquadest
(H2O), dan larutan asam sulfat (H2SO4)
yang berfungsi untuk membuat suasana asam dan Fe
dalam sampel FeCl3. Alat-alat yang digunakan antara
lain : buret, statif besi, pipet tetes, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, kasa asbes, bunsen, dan termometer.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Permanganometri
Permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat
(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang
terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4
sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan
cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau
garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak
dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri
seperti:
1.
Ion-ion
Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan
dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat
secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil
titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2.
Ion-ion
Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan
asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
(Arga,
2011).
2.2
Prinsip
Titrasi Permanganometri
Permanganometri adalah
titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa
digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.
Pada permanganometri,
titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah
diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat
encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama
seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang
jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk
menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium permanganat distandarisasikan dengan menggunakan
natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium
permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- +
2MnO4- + 16H+ → 10CO2 +
2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah
muda yang disebabkan kelebihan permanganat (Arga, 2011).
2.3
Reaksi-reaksi
Kimia dalam Permanganometri
Kalium permanganat yang digunakan
pada permanganometri adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang
berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga
berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi
yang beraneka ragam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan. Reduksi MnO4-
berlangsung sebagai berikut:
a. dalam
larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih
b. dalam
larutan netral, pH 4 – 10
c. dalam
larutan basa, [OH-] 0,1 N atau lebih
(Repiantika,
2009).
2.4
Sumber-Sumber
Kesalahan Pada Titrasi Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi
permanganometri, antara lain terletak
pada:
- Larutan pentiter KMnO4
pada buret.
Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang
terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah rosa.
- Penambahan
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara M4- dengan Mn2+.
- Penambahan
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang
kemudian terurai menjadi air (Yoni, 2012).
2.5 Aplikasi Analisa Permanganometri
Analisis Kadar Oksalat pada Umbi Talas Sebagai Bahan
Dasar Tepung
Talas
merupakan salah satu umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam
mengurangi ketergantungan pda bahan pangan pokok beras. Namun umbi talas
mempunyai kandungan kalsium oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal dan
menurunkan penyerapan kalsium dalam tubuh. Untuk meningkatkan pemanfaatan talas
diperlukan pengembangan teknologi pengolahan yang sesuai. Konversi umbi talas
menjadi bentuk tepung akan memudahkan dalam hal penyimpanan, pengemasan, dan
transportasi.
Kandungan
oksalat ditentukan dengan menggunakan metode :
1.
Pemanasan
Pada tahap ini, 2 gram tepung disuspensikan dalam 190
ml air suling yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan
larutan HCl 6 M sebanyak 10 ml. Suspensi dipanaskan pada suhu 100 oC
selama 1 jam, diikuti oleh pendinginan, dan kemudian ditambahkan air sampai 250
ml sebelum difiltrasi.
2.
Titrasi
Permanganat
Pada proses
ini, jumlah filtrat sebanyak 125 ml yang dihasilkan dari tahap pemanasan
diencerkan sampai 300 ml lalu diambil 125 ml untuk dipanaskan sampai hampir
mendidih, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,05 M sampai
berubah warna menjadi warna merah muda hampir hilang yang berlangsung selama 30
detik. Kandungan kalsium oksalat dapat dihitung dengan rumus :
Kadar kalsium oksalat (mg/100 gr) =
× 105
(Maulina, dkk., 2012)
Flowchart Analisis Kadar Oksalat pada Umbi Talas
Sebagai Bahan Dasar Tepung
2
gram tepung umbi talas disuspensikan dalam 190 ml air suling yang
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
|
Suspensi
dipanaskan pada suhu 100 oC selama 1 jam dan didinginkan
|
Ditambahkan
larutan HCl 6 M sebanyak 10 ml
|
Ditambahkan air sampai 250 ml dan difiltrasi
|
Filtrat sebanyak 125 ml diencerkan sampai 300 ml
diencerkan sampai
300 ml
|
Diambil
125 ml untuk dipanaskan sampai hampir mendidih
|
Mulai
|
Selesai
|
Dititrasi
dengan larutan KMnO4 0,05 M sampai berubah menjadi warna merah
muda selama 30 detik
|
Dihitung
kandungan kalsium oksalat
|
Gambar 2.2 Flowchart Analisis Kadar Oksalat pada Umbi Talas
Sebagai Bahan Dasar Tepung
(Maulina,
dkk., 2012)
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN
3.1 Bahan
3.1.1
Kalium
Permanganat ( KMnO4 )
Fungsi : sebagai larutan pentitrasi (zat pentiter).
A. Sifat Fisika
1. Berat
molekul : 158,03 gr/mol
2. Densitas
: 2,7 gr/ml pada 15 oC
3. Berwujud padatan
4. Berwarna ungu gelap
5. Titik leleh terdekomposisi
B. Sifat kimia
1.
Bersifat stabil.
2. Tidak mudah terbakar.
3. Larut dalam asam sulfat.
4. Mudah larut dalam metanol.
5. Sangat reaktif terhadap logam.
(ScienceLab, 2012d)
3.1.2
Asam
Oksalat (H2C2O4)
Fungsi :
sebagai larutan standar primer.
A. Sifat Fisika
1. Berat
molekul : 90,04 gr/mol
2. Densitas uap : 4,62 ( udara = 1 )
3. Bentuk :
padatan kristal
4. Tak
berwarna
5. Tidak berbau
B. Sifat Kimia
1.
Berpotensi
untuk terbakar pada temperatur tinggi.
2.
Larut
dalam
air dingin dan dietil eter.
3.
Bersifat
stabil.
4.
Tidak
korosif terhadap kaca.
5.
Reaktif
terhadap oksidator, logam, alkali.
(ScienceLab, 2012b)
3.1.3
Asam
Fosfat (H3PO4)
Fungsi : sebagai pembuat suasana asam.
A. Sifat
Fisika
1.
Wujud
: cairan
2.
Densitas :
1,685 gr/ml pada 25 oC
3.
Titik leleh :
21
oC
4.
Titik didih : 158 oC
5.
Tekanan
uap : 0,3 kPa pada 20 oC
B. Sifat
Kimia
1.
Bersifat stabil.
2.
Mudah
larut dalam air panas.
3.
Tidak korosif terhadap kaca.
4.
Tidak mudah terbakar
5.
Reaktif
terhadap oksidator, logam, dan alkali.
(ScienceLab, 2012c)
3.1.4
Asam
Sulfat (H2SO4)
Fungsi
: sebagai pembuat suasana asam.
A. Sifat
Fisika
1. Berat
molekul : 98,08 gr/mol
2. Densitas
: 1,84 gr/cm3
3. Titik
leleh : -35 oC
4. Titik
didih : 270 oC
5. Wujud :
cairan
B.
Sifat Kimia
1. Bersifat
stabil.
2. Mudah larut dalam air dingin.
3. Tidak korosif terhadap kaca.
4. Tidak mudah terbakar.
5. Reaktif terhadap oksidator, reduktor, bahan organik,
logam, asam, dan alkali.
(ScienceLab,
2012e)
3.1.5
Besi
(Fe)
Fungsi: sebagai sampel yang akan ditentukan kadarnya.
A. Sifat
Fisika
1.
Densitas :
7,86
gr/cm3
2.
Titik leleh :
1535
oC
3.
Titik didih : 3000
oC
4.
Berat
molekul : 55,85 gr/mol
5.
Wujud
: padatan
B. Sifat
Kimia
1.
Bersifat stabil.
2.
Tidak larut dalam air dingin, air panas, dan dieil
eter.
3.
Tidak
korosif terhadap logam dan kaca.
4.
Reaktif
terhadap oksidator dan asam.
5.
Mudah
terbakar.
(ScienceLab, 2012a)
3.1.6
Aquadest
(H2O)
Fungsi
:
sebagai zat pelarut.
A. Sifat
Fisika
1. Berat
molekul :
18,02
gr/mol
2. Densitas :
1
gr/cm3
3. pH : 7
4. Titik
Didih :
100 oC
5. Tekanan uap : 2,3 kPa pada 20 oC
B. Sifat Kimia
1. Bersifat stabil.
2. Tidak mudah terbakar.
3.
Dapat
diserap oleh kulit.
4.
Tidak
korosif terhadap kulit.
5.
Tidak
berbahaya jika terhirup.
(ScienceLab, 2012f)
3.2
Alat
3.2.1
Nama Alat dan Fungsi
1. Buret
Fungsi : untuk tempat
KMnO4 saat menitrasi sampel.
2. Statif
dan Klem
Fungsi : sebagai tempat menggantungkan /
menjepit buret saat dilakukan titrasi.
3. Penangas
Air
Fungsi
: untuk memanaskan larutan.
4. Termometer
Fungsi
: untuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan.
5. Gelas
ukur
Fungsi
: untuk mengukur volum bahan yang akan digunakan.
6. Erlenmeyer
Fungsi
: sebagai tempat larutan yang akan dititrasi.
7. Beaker
glass
Fungsi
: sebagai wadah untuk bahan-bahan yang digunakan.
8. Pipet
tetes
Fungsi
: untuk mengambil zat dalam jumlah kecil.
9. Corong
Fungsi
: sebagai alat bantu untuk menuang ke gelas ukur atau buret
10. Spiritus
Fungsi: sebagai sumber
api dalam pemanasan larutan.
11. Kasa
Fungsi
: sebagai penghantar panas dari spiritus ke erlenmeyer agar tidak berkontak
langsung dengan erlenmeyer.
13. Neraca
Digital
Fungsi
: sebagai alat untuk menimbang sampel maupun endapan.
3.2.2 Rangkaian Peralatan
Gambar
3.1 Peralatan Dalam Percobaan
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Dalam
Percobaan
Keterangan gambar:
1. Statif
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Beaker Glass
6. Kasa
7. Tungku kaki tiga
8. Bunsen
9. Termometer
3.3
Prosedur
Percobaan
3.3.1 Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 0,2 N
1. Ditimbang
sebanyak 1,896
gram kristal KMnO4 dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2. Ditambahkan
aquadest hingga 300
ml ke beaker glass.
3. Larutan
diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih.
4. Setelah
mendidih, larutan tersebut didinginkan.
3.3.1
Standarisasi
Larutan KMnO4
1. Sebanyak
10 ml larutan H2C2O4 0,75 N ke dalam erlenmeyer dan dicampurkan dengan 20
ml H2SO4 1 N.
2. Larutan
diaduk rata dan dipanaskan sampai suhu 70˚C - 80˚C
3. Dititrasi
dengan larutan KMnO4 sampai didapat warna merah rosa yang stabil.
4. Dicatat volume
KMnO4 yang dipakai.
5. Diulangi
percobaan diatas sebanyak tiga kali.
6. Dihitung
konsentrasi KMnO4.
3.3.2 Prosedur
Penentuan Kadar Besi (Fe)
1. Sebanyak
20 ml sampel Fe 0,75
N dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2.
Ditambahkan 20 ml H2SO4 1 N dan 2 ml H3PO4
85%.
3.
Dilakukan titrasi perlahan-lahan dengan
larutan KMnO4 0,2
N hingga didapat larutan dengan warna merah rosa yang stabil.
4.
Dicatat volum KMnO4 yang
terpakai.
5.
Diulangi percobaan diatas sebanyak tiga
kali.
6.
Dihitung kadar Fe dalam sampel.
3.4
Flowchart
Percobaan
3.4.1 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,2 N
Mulai
|
Ditimbang 1,896 gr kristal KMnO4
dan dimasukkan ke beaker glass
|
Ditambahkan
300 mL
aquadest
|
Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga
mendidih
|
Larutan didinginkan
|
Selesai
|
Gambar
3.3 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,2 N
3.4.2
Flowchart Standarisasi KMnO4 0,2 N
Mulai
|
Ditimbang H2C2O4.2H2O ke dalam beaker glass
|
Ditambahkan air ke
dalam beaker glass
|
Diaduk rata
|
Ditambahkan 20 ml H2SO4
|
Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,75 N ke dalam erlenmeyer
|
Dititrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4
|
Apakah
larutan berubah warna menjadi merah rosa yang stabil?
|
Dicatat
volume KMnO4 yang terpakai
|
Selesai
|
Dilakukan percobaan sebanyak 3 kali
|
Dihitung
konsentrasi KMnO4
|
|
Gambar
3.4 Flowchart Standarisasi KMnO4
|
Mulai
|
Dipipet 20 ml larutan sampel yang
Ditambahkan 20 ml H2SO4
1 N
dan 2 ml H3PO4 85%
Tidak
|
Apakah larutan
merah rosa yang stabil?
Ya
Dicatat volume KMnO4 yang terpakai
|
Dilakukan percobaan sebanyak 3 kali
|
Dihitung kadar Fe dalam sampel dan %
ralat
|
Selesai
|
Gambar 3.5 Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pembuatan Larutan KMnO4 0,2 N
Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Larutan KMnO4
0,2 N
Massa KMnO4
(gr)
|
BM KMnO4
(gr/mol)
|
Volume H2O
(ml)
|
Normalitas KMnO4
|
1,896 gram
|
158,04 gram/mol
|
300 ml
|
0,2 N
|
4.1.2 Percobaan Standarisasi
KMnO4
Tabel 4.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Run
|
Volume
H2C2O4
|
Volume
H2SO4
|
Volume
KMnO4
|
Normalitas KMnO4
|
% Ralat
|
|
Nt
|
Np
|
|||||
1.
|
10 ml
|
20 ml
|
33,5 ml
|
0,2 N
|
0,23 N
|
15 %
|
2.
|
10 ml
|
20 ml
|
33,3 ml
|
|||
3.
|
10 ml
|
20 ml
|
32,5 ml
|
|||
Rata-Rata
|
10 ml
|
20 ml
|
33,1 ml
|
4.1.3
Penentuan Kadar Fe
Tabel 4.3
Hasil Penentuan Kadar Fe
Run
|
Volume
Sampel
|
Volume
H2SO4
|
Volume
H3PO4
|
Volume
KMnO4
|
Normalitas Fe
|
% Ralat
|
|
Nt
|
Np
|
||||||
1.
|
20 ml
|
20 ml
|
2 ml
|
2,4 ml
|
0,75 N
|
0,03 N
|
96 %
|
2.
|
20 ml
|
20 ml
|
2 ml
|
2,9 ml
|
|||
3.
|
20 ml
|
20 ml
|
2 ml
|
2,9 ml
|
|||
Rata-Rata
|
20 ml
|
20 ml
|
2 ml
|
2,73 ml
|
4.2
Pembahasan
Pembuatan
larutan KMnO4 0,2 N yaitu dengan melarutkan 1,896 gram
kristal dengan 300 ml air
dengan reaksi sebagai berikut :
MnO4- +
8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O (Barutu, 2012)
Kemudian dititer dengan H2C2O4.2H2O
0,65 dan dicampur H2SO4 1 N sebanyak 10 ml. Normalitas larutan KMnO4 dari
standarisasi larutan KMnO4
didapat sebesar 0,24 N sedangkan normalitas
teorinya adalah 0,2 N sehingga dipeoleh ralat sebesar 20 %. Dengan persamaan
reaksinya yaitu:
MnO4- + 16H+ + 5C2O42-
→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O (Arga, 2011)
Pada penentuan kadar Fe didapat
normalitas Fe sebesar 0,1621 N sedangkan normalitas teorinya adalah 0,65 N sehingga diperoleh persen ralat sebesar 75,06 %
dari larutan sampel. Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh
banyak hal. Persamaan reaksi antara sampel Fe dengan larutan KMnO4 adalah sebagai berikut:
5Fe2+ + MnO4-
+ 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O (Arga, 2011)
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada:
1.
Larutan pentiter KMnO4
pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai
menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah
rosa.
2.
Penambahan KMnO4
yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat
pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4
dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan
Mn2+.
3.
Penambahan KMnO4
yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat
pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4
dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
(Dahlia, 2009).
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan mak dapatditarik
kesimpulan yaitu :
1. Titrasi
permanganometri berlangsung dalam suasana asam agar lebih mudah mengamati titik
akhir titrasinya.
2. Titrasi terhadap larutan asam oksalat dihidrat
dilakukan pada suasana asam dan temperatur sekitar 70-80oC.
3. Volume
rata-rata KMnO4 dalam proses standarisasi 33,1 ml, dimana konsentrasi teori 0,2 N dan praktek
yang diperoleh adalah 0,23 N.
Hasil tersebut memberikan % ralat konsentrasi KMnO4 antara praktek
dan teori yaitu 15 %.
4. Volume
rata-rata KMnO4 dalam proses penentuan kadar Fe adalah 2,73 ml, dimana konsentrasi teori 0,75 N dan praktek Fe yang diperoleh adalah 0,03 N. Hasil memberikan % ralat konsentrasi Fe
antara praktek dan teori adalah 96 %.
5. Titrasi
permanganometri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dalam sampel
FeCl3.6H2O
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu :
1. Karena KMnO4 mudah terdekomposisi,
sebaiknya praktikan lebih memperhatikan pada saat pemanasan dan pendinginan
larutan KMnO4.
2. Untuk menghindari terkontaminasinya larutan KMnO4,
sebaiknya percobaan dilakukan lebih cepat.
3. Sebaiknya
praktikan lebih teliti dalam
melihat dan mengukur volume larutan KMnO4 dalam buret.
4. Praktikan
sebaiknya menutup buret dengan aluminium
foil agar KMnO4 tidak bereaksi dengan oksigen di udara.
5. Ketika terjadi perubahan
warna jangan terburu-buru untuk menyimpulkan bahwa praktikan telah berhasil
namun tunggu beberapa saat sampai larutan yang dititrasi benar-benar stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Arga,
Puput. 2011. Permanganometri. Universitas Pasundan : Bandung.
Maulina, Fitria
Dwi Aprilia., Lestari, Indah Mugi., Retnowati, Diah S. 2012. Analisis
Kadar Oksalat pada Umbi Talas Sebagai Bahan Dasar Tepung.
Universitas Diponegoro : Semarang.
Repiantika. 2009. Permanganometri. Universitas Negeri Makassar : Makassar.
Yoni, Ode. 2012. Metode
Oksidimetri Submetode Permanganometri. Universitas Negeri Malang : Malang.
LAMPIRAN
A
DATA
PERCOBAAN
LA.1 Data Pembuatan Larutan KMnO4
Tabel A.1 Hasil Pembuatan Larutan KMnO4
Massa KMnO4
(gr)
|
BM KMnO4
(gr/mol)
|
Volume H2O
(ml)
|
Normalitas KMnO4
|
1,896 gram
|
158,04 gram/mol
|
300 ml
|
0,2 N
|
LA.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Tabel A.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Run
|
Volume
H2C2O4
|
Volume
H2SO4
|
Volume
KMnO4
|
Normalitas KMnO4
|
% Ralat
|
|
Nt
|
Np
|
|||||
1.
|
10 ml
|
20 ml
|
33,5 ml
|
0,2 N
|
0,23 N
|
15 %
|
2.
|
10 ml
|
20 ml
|
33,3 ml
|
|||
3.
|
10 ml
|
20 ml
|
32,5 ml
|
|||
Rata-Rata
|
10 ml
|
20 ml
|
33,1 ml
|
LA.3 Penentuan Kadar Fe
Tabel A.3 Hasil Penentuan Kadar Fe
Run
|
Volume
Sampel
|
Volume
H2SO4
|
Volume
H3PO4
|
Volume
KMnO4
|
Normalitas Fe
|
% Ralat
|
|
Nt
|
Np
|
||||||
1.
|
20 ml
|
20 ml
|
2 ml
|
2,4 ml
|
0,75 N
|
0,03 N
|
96 %
|
2.
|
20 ml
|
2 ml
|
2,9 ml
|
||||
3.
|
20 ml
|
20 ml
|
2 ml
|
2,9 ml
|
|||
Rata-Rata
|
20 ml
|
20 ml
|
2 ml
|
2,73 ml
|
LAMPIRAN
B
PERHITUNGAN
L.B.1 Penentuan konsentrasi
KMnO4
Reaksi yang terjadi adalah :
MnO4- +
8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O (Repiantika, 2009)
N = M x valensi
0,2 = M x 5
M = 0,04 M
M =
0,04 =
W = 1,896 gram
L.B.2 Percobaan Standarisasi KMnO4
Persamaan reaksinya :
MnO4- + 16H+ + 5C2O42-
→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O (Arga, 2011)
V1 x N1 = V2
x N2
33,1 x N1 = 10 x 0,75
N2 = 0,23 N
Nt
- Np
Nt
|
0,2 - 0,23
0,2
|
% ralat = 15 %
L.B.3 Penentuan kadar Besi (Fe)
Persamaan reaksi antara
sampel Fe dengan larutan KMnO4 adalah
sebagai berikut:
5Fe2+ + MnO4-
+ 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O (Arga, 2011)
V1 x N1 = V2
x N2
2,73 x 0,2 = 20 x N2
N2 = 0,03 N
Nt
- Np
Nt
|
0,75 - 0,03
0,75
|
% ralat = 96 %
LAMPIRAN C
FOTO PERCOBAAN
Gambar C.1 Hasil
Titrasi I
Gambar C.2 Hasil
Titrasi II
Gambar C.3 Hasil
Titrasi III
MGM Springfield Casino to reopen Thursday
BalasHapusThe casino-resort 익산 출장마사지 opened 대구광역 출장안마 Thursday 속초 출장샵 at 7 p.m. and has 사천 출장안마 since reopened with 충청북도 출장마사지 the grand opening of its flagship property, Harrah's. It will be